Rukun Iman keenam menyebutkan bahwa umat Muslim wajib mempercayai takdir dan ketentuan Allah SWT (Qada dan Qadar). Artinya, Allah SWT memiliki kuasa penuh atas jagad raya dan isinya, termasuk manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya. Sebagai Sang Pencipta, Allah SWT sudah menuliskan takdir atas hambanya jauh sebelum ia dilahirkan ke dunia. Oleh karena itu, sebagai manusia kita hanya dapat menyempurnakan ikhtiar dengan melakukan amalan- amalan soleh dengan hati yang ikhlas. Islam menganjurkan umatnya agar ikhlas dalam melakukan segala perbuatan. Ikhlas dalam beribadah, ikhlas dalam beramal, ikhlas dalam bekerja, ikhlas dalam menerima jalan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT. Ikhlas artinya bersih, murni. Ikhlas dalam beribadah dan beramal soleh yaitu semata-mata hanya untuk Allah SWT dan mengharap ridho dari- Nya. Allah sangat mencintai umatnya yang beribadah dengan ikhlas. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Hendaknya engkau beribadah kepada Allah seolah-oleh engkau melihat-Nya. Maka jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu.” (HR. Muslim). Ciri seorang mukmin yang ikhlas yaitu tidak mengharapkan pujian dari orang lain. Ia pun tidak mengharapkan balasan yang muluk-muluk dari Allah SWT, melainkan pahala, rahmat, dan ridho dari Alah SWT. Sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu perbuatan bukan karena Allah maka ia akan terjerumus dalam perbuatan dosa, yaitu riya. Rasulullah SAW telah memperingati kita akan penyakit hati ini, “ Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas diri kalian adalah syirik kecil, yaitu riya.” (HR. Ahmad Shahih). Selain ikhlas dalam beribadah dan beramal soleh, ikhlas juga dibutuhkan oleh setiap manusia dalam menerima takdir dan ketentuan Allah SWT. Kesenangan, kesusahan, kehidupan, kematian, dan lain sebagainya merupakan rahasia Allah yang tidak satupun manusia mengetahuinya lebih dulu. Seseorang yang ikhlas berarti ia dapat menerima apa yang telah Allah berikan kepadanya, tentunya setelah ikhtiar yang telah dilakukannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar